...

Jumat, 13 Agustus 2010

tanya jawab


  1. Soal : Bagaimana hukumnya orang yang wudlunya batal ditengah-tengah atau akhir pembacaan dzikir?
Jawab : Seorang pembaca wirid, wadzifah atau hailalah, yang wudlunya batal sebelum menyelesaikan bacaanya. Maka, bacaanya batal dan wajib mengulangi dari pertama. Karena suci (dari hadast dan najis) itu termasuk salah satu syarat sah membaca wirid, wadzifah dan hailalah.
Adapun syarat sah membaca wirid ada lima :
  • Suci dari hadast (kecil dan besar) dengan melakukan wudlu, tayamum atau mandi besar.
  • Badan, pakaian dan tempat membaca wirid harus suci dari najis.
  • Menutup aurod.
  • Niat (sengaja membaca dzikir)
  • Tidak bicara kecuali karena udzur yang memperbolehkan bicara satu dua kata, dan jika lebih (dari dua kata), bacaanya batal dan wajib mengulang.
  1. Soal : Bagimana hukum orang yang bersuci dengan tayamum, kemudian airnya datang (ada), atau udzur (yang memperbolehkan tidak menggunakan air) hilang?
Jawab : Dia menyempurnakan bacaan wiridnya dan bacaannya sah.
  1. Soal : bagaimana hukum orang yang ingat belum melaksanakan sholat fardlu pada saat membaca wadzifah atau wirid ?
Jawab : Dia sempurnakan bacaan wadzifah dan wiridnya, kemudian dia melaksanakan sholat yang tertinggal, kecuali apabila sholat yang tertinggal itu, adalah sholat ashar atau sholat subuh. Karena bacaan wirid pagi harus dilaksanakan sholat subuh dengan sah. Begitu juga, wirid sore harus dilaksanakan setelah melaksanakan sholat ashar dengan sah. Oleh karena ini, orang yang ingat belum melaksanakan sholat subuh, pada saat membaca wirid pagi hari itu, harus menghentikan bacaannya, sampai dia telah melaksanakan bacaannya, sampai dia telah melaksanakan sholat subuh yang tertinggal. Sama hukumnya, apabilah yang belum dikerjakan adalah sholat ashar, dan di ingat pada saat membaca wirid sore. Maka, dia harus menghentikan bacaannya. Namun, bila di ingat pada saat membaca wadzifah, hukumnya sama dengan di atas jika pembacaan wadzifahnya dilakukan dua kali, dan jika dilakukan satu kali, dia tidak usah menghentikan bacaan wadzifahnya.
Faedah. Orang yang melaksanakan sholat ashar atau subuh, lalu dia membaca wirid atau wadzifah yang dia sanggupi membaca dua kali. Kemudian dia ingat, ternyata sholat yang telah di lakukan tidak sah, seperti dia melaksanakannya sebelum masuk waktu, tanpa bersuci atau dia meninggalkan salah satu rukunnya. Maka, dia harus menghentikan bacaannya, begitu juga apabila dia telah menyelesaikan bacaannya sebelumnya ingat bahwa sholat yang telah dikerjakan tidak sah, dan dia mengulangi kembali Bacaan setelah mengulangi sholat tidak sah tadi. Oleh karena itu para ulama’ membatasi kata sholat dengan kata sah. Pahamilah masalah ini dengan seksama ….!?
  1. Soal : Apa yang dilakukan oleh orang yang tayamum “seumpama” untuk menbaca wirid sore, kemudian jama’ah sholat maghrib dilaksanakan ?
Jawab : dia harus tayamum kembali untuk melaksanakan sholat, kemudian dia menyempurnakan bacaan wiridnya dengan tayamum yang pertama.
  1. Soal : Bagaimana hukum orang tayamumnya batal sebelum dia menyelesaikan bacaan dzikir ??.
Jawab : Orang yang tayamumnya batal sebelum dia menyelesaikan bacaan dzikirnya dia harus menghentikan bacaannya dan mengulangi lagi dari pertama. Persis seperti hukumnya wudlu (yang batal).
Catatan : Pembaca dzikir yang merasa seakan-akan mengeluarkan sesuatu (keluar dari kedua kemaluannya). Dia tidak boleh menghentikan bacaannya, kecuali dia yakin jika telah mengeluarkan sesuatu, baik dia bersuci dengan wudlu atau tayamun. “orang yang memasuki dzikir dengan yakin, tidak dapat dikeluarkan kecuali dengan keyakinan”
  1. Soal : Bagimana hukumnya, seorang yang menemui ikhwan telah selesai membaca wadzifah ?
Jawab : Membaca wadzifah harus bersama ikhwan jika ada, dan jika pembaca wadzifah tidak menemukan ikhwan yang bisa diajak membaca wadzifah bersama, dia bisa membaca sendiri bersama dengan sekelompok malaikat. Karena baginda Nabi Muhammad SAW. Memberikan anugerah kepada Sayyidina Syekh Ahmad RA, dengan tujuh puluh ribu malaikat yang akan senantiasa menemani beliau membaca dzikir. Sayyidina telah memberikan anugerah ini kepada semua sahabat beliau.
Pemuka tijany berkata, “Setiap keistimewaan yang diberikan oleh baginda Nabi SAW, Syekh Ahmad RA akan memberikannya kepada para sahabat beliau”. Seorang ahli ibadah (Ikhwan Tijany) harus yakini hal ini, dan senantiasa menjaga tatkrama sesama mereka.
  1. Soal : Bagaimana hukumnya, seseorang yang menemukan ikhwan pada saat membaca wadzifah atau hailalah. Sedangkan dia belum melaksanakan sholat asar?
Jawab : apabila dia menyanggupi menbaca wadzifahnya dua kali, bacaan wadzifahnya tidak sah. Kecuali setelah melaksanakan sholat ashar dengan sah. Namun jika tidak membacanya dua kali, sebaiknya dia mengikuti membaca wadzifah dengan mereka. Agar dia mendapatkan keutamaan berjama’ah.
Faedah : Apabila seorang yang belum melaksanakan sholat ashar, masbuk (menyusul/tertinggal jama’ah membaca wadzifah). Kemudian datang sekelompok orang yang akan melaksanakan sholat ashar. Dia tandai tasbihnya, lalu berdiri mengikuti jamaah sholat. Setelah salam, dia mengikuti kembali jama’ah wadzifah sampai sempurna. Selanjutnya dia membaca bacaan yang tertinggal pada saat melaksanakan sholat jama’ah dan diteruskan membaca bacaan yang tertinggal sebelum dia mengikuti jama’ah wadzifah.
  1. Soal : Bagaimana hukum orang yang membaca wirid atau lainnya, lalu dia ingat belum melaksanakan sholat ashar ??
Jawab : Seperti keterangan yang lalu, bahwa wirid tidak sah kecuali setelah melaksanakan sholat ashar.
Catatan dan nasehat : Seyogyanya perhatian seorang ikhwan tertutup pada bacaan wirid lazim. Karena pendidikan thariqah itu berada didalam wirid. Adapun wadzifah dan hailalah itu tidak termasuk dan tidak keluar dari thariqah, sebab keduanya wajib karena kewajiban membaca wirid. Barang siapa telah menyanggupi membaca wirid, berarti dia telah menyanggupi membaca wadzifah dan hailalah, meskipun muqaddam lupa menalkin keduanya.
  1. Soal : Bagaimana hukumnya orang yang tidak menemukan ikhwan untuk membaca dzikir bersama-sama, baik sekali waktu maupun untuk seterusnya ???
Jawab : Orang yang tidak menemukan ikhwan untuk dzikir bersama, boleh membaca wadzifah sendirian yang akan di sertai malaikat seperti yang telah diterangkan. Hal ini, bila dia bertempat dilingkungan yang tidak terdapat ikhwan. Namun jika tidak, mereka harus berkumpul dan tidak boleh meninggalkan jama’ah wadzifah yang mungkin diadakan (disuatu daerah) kecuali karena udzur. Sebab, barangsiapa yang meremehkan hal ini, akan mendapat cobaan kecuali jika terdapat udzur syar’i adalah penghalang yang tidak mungkin untuk dihindari, seperti sakit, lemah, tidur, lupa, takut dan lain-lain, dan yang terpenting adalah tidak meremehkan jamaah wadzifah. Adapun pekerjaan (bisnis) itu tidak termasuk udzur. Oleh karena itu, seyogyanya dia meluangkan waktu untuk dirinya sendiri dan dia berserah diri kepada Tuhannya. Karena baginda Nabi SAW akan menanyakan setiap orang yang meninggalkan jama’ah wadzifah, sebab beliau sangat prihatin kepada jam’ah ini. Bila diantara mereka ada yang tidak mengikuti jama’ah wadzifah kerena udzur syara’, baginda Nabi akan menanyakan kepada Syekh Ahmad RA, dan dengan wajah yang merona merah karena malu, syeh akan menjawab pertanyaan beliau. Akan tetapi, jika dia meninggalkan jama’ah wadzifah bukan karena udzur, Syekh RA tidak menjawab pertanyaan baginda Nabi SAW, karena sangat malu kepada beliau. Bahkan sampai tiga kali Syekh RA tidak menjawab pertanyaan baginda Nabi, sehingga Syekh RA tidak ditanya kembali oleh beliau, karena martabat orang yang tidak mengikuti jama’ah wadzifah sampai tiga kali telah jatuh Na’udzu billah, sebagai akibat meremehkan. Sungguh hal ini adalah penghalang yang sangat besar karena sebab meremehkan. Pelakunya tidak akan ditanya (diperhatikan) oleh baginda Nabi SAW, kecuali jika sebagian ahli khusus mensyafa’atinya. Semoga Allah menjadikan semua termasuk golongan ahli khusus.
  1. Soal : Bagaimanakah hukum orang yang belum menyelesaikan bacaan hailalah, padahal adzan magrib sudah dikumandangkan dan sholat magrib akan dilaksanakan. Apakah dia boleh memutus bacaan dan mengulang kembali, atau apa yang harus di lakukan ??
Jawab : Orang tersebut melaksanakan sholat magrib dan bacaan sudah dianggap cukup, meski biasanya dia membaca lebih. Sebab waktu hailalah dari ashar sampai magrib dan tujuannya adalah mengisi waktu itu dengan dzikir.
  1. Soal : Berapa bilangan hailalah yang wajib di baca ??
Jawab : Pengarang Iro’ah berkata, “Paling sedikit bilangan membaca hailalah pada hari jum’at seribu kali, ini riwayat dari kholifah al ‘Adzom Muhammad bin Abi an-Nashr al-‘Alwny dari Syekh Ahmad RA, atau paling sedikit seribu dua ratus, riwayat dari Sayid Muhammad al-hafidz asy-Syingqhithy, dan riwayat sari Sayid Muhammad al-Gholy Buthoib RA, bacaan hailalah yang paling sedikit seribu enam ratus kali, …. Maka , jangan sampai kurang dari seribu. Adapun yang di ‘itibar disini adalah izin yang diterima oleh murid.
  1. Soal : Bagaimana hukum pembaca wirid yang mendahulukan bacaan sholawat dari bacaan istighfar atau bacaan hailalah dari bacaan sholawat ?/?
Jawab : Barang siapa yang membalik dan mendahulukan yang terakhir. Maka, bila disengaja, bacaan dzikirnya batal karena dia telah mempermainkan dzikir. Apabila lupa, kemudian ingat, maka dia harus kembali mengulang bacaannya. Seperti seorang lupa dan memulai bacaan wiridnya dengan membaca sholawat. Dia harus kembali membaca istighfar dan mengulangi bacaan sholawat yang bukan tempatnya. Kemudian dia menutupi kelalaiannya dengan seratus istighfar dan bacaan wiridnya sah.
Begitu juga, apabila dia mendahulukan bacaan Laailaahaa illalloh, dia harus membaca yang tertinggal dan mengulangi dzikir serta menutupi kesalahan dengan seratus istighfar.
  1. Soal : Bagimana hukum berdiri pada waktu membaca wirid karena lupa, apa dia harus kembali (dari pertama) atau memutus bacaanya???
Jawab : Seorang yang berdiri pada saat membaca dzikir karena terpaksa, seperti orang yang sangat mengantuk, itu hukumnya boleh berdiri agar kantuknya hilang dan dia harus mengulangi kembali bacaannya.
Adapun orang yang berdiri sebab lupa dan tidak sengaja, dan lupanya ini lama. Maka, dia harus mengulangi kembali. Tapi, apabila tidak lama, boleh duduk dan menyempurnakan wiridnya.
Catatan : Pembaca dzikir itu seperti permainan pedang, yang tengah bertarung dengan musuhnya. Oleh karena itu, seharusnya dia tidak boleh malas (lengah).
  1. Soal : Bagaimana hukumnya seseorang yang tasbihnya jatuh atau terjatuh, apa dia boleh meneruskan atau harus mengulangi kembali ??
Jawab : Orang yang tasbihnya jatuh disebabkan tertidur, lalu dia sadar bersamaan dengan tasbihnya jatuh. Dia boleh meneruskan bacaan dengan mengikuti jumlah yang dia yakini.
Namun, jika tasbihnya jatuh dan dia belum sadar dan tidak tahu. Wudlu orang ini batal karena tertidur berat1. Apabila tasbihnya terjatuh bukan sebab tidur, dia meneruskan bacaan dan berhati-hati dalam jumlah.
Faidah : Tidur terbagi menjadi empat :
  • Lama berat.
  • Lama ringan.
  • Sebentar berat.
  • Berat lama.
Catatan :
1 Ini menurut madzhab Maliky, menurut madzhab Syafi’I bila tidurnya dengan duduk dan menetapi tempat duduknya (dengan sekitar tidak akan keluar sesuatu dari duburnya), maka wudlu orang tersebut tidak batal. Sedangkan sebentar yang ringan tidak apa-apa2.
2 Pembagian hukum tidur seperti diatas adalah menurut pendapat madzhab Maliky, sedangkan menurut madzhab Syafi’I, seorang akan batal wudlunya bila hilang akalnya seperti tidur yang tidak menetapi tempat duduknya, Sedangkan mengantuk dengan sekitar dia masih bisa mendengar suara meski dia tidak mampu memahaminya, maka wudlunya tidak batal.
  1. Soal : Bagaimana hukum orang yang berzikir bersama para ikhwan, apakah seorang tersebut boleh memegang (bergantung pada) hitungan mereka ??
Jawab : Seorang ikhwan hendaklah berpegang dengan dirinya sendiri dan memperhatikan hitungan tasbihnya, dan apabilah lupa, maka jama’ah dzikir bisa mencukupi. Orang yang memulai dzikir adalah orang yang menduduki kedudukan imam. Sedangkan seorang yang kewajiban menghitung itu bukan imam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Shalawat Syafa`ah Uzma dan Syafa`ah mimmurtadhol Akhyar ( Syafa`atain )


لَبَيْكَ أَللَّهُمَّ رَبِّي وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَهَا أَنَاذَا عَبْدُكَ الضَّعِيْفُ الذَّلِيْلُ الْحَقِيْرُ قَـآئِمٌ لَّكَ بَيْنَ يَدَيْكَ أَقُوْلُ مُسْتَعِيْنًا بِحَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ إِمْتِثَالًا لِأَمْرِكَ وَتَعْظِيْمًا وَإِجْلَالًا لَكَ وَلِرَسُوْلِكَ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Saya datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah wahai Rabb kami, kebahagiaan Engkau dan yang terbaik semuanya dalam kekuasaan Engkau.

dan saya hanyalah Hamba Engkau yang lemah, hamba Engkau yang hina dan sangat hina yang berdiri karena Engkau diantara kekuasaan Engkau. saya meminta pertolongan dengan kekuasaan Engkau dan kekuatan Engkau dengan mematuhi perintah Engkau karena perintah Engkau , dengan pengagungan dan Kemulian bagi Engkau dan Rosul Engkau Saw.

اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا أَمَرْتَنَا بِالصَّلَوةِ عَلَيْهِ وَصَلِّّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا أَمَرْتَنَا اَنْ نُصَلِّيَّ عَلَيْهِ وَصَلِّّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا يُحِبُّ اَنْ يُصَلِّيَّ عَلَيْهِ وَصَلِّّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى صَاحِبِ الشَّفَاعَةِ اْلعُظْمَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِاللهِ الشَّفِيْعِ الْمُشَّفَعِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اْلاَعْمَى وَصَلِّّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى خِيَرَتِكَ مِنْ خَلْقِكَ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَْالمَلاَئِكَةِ ْالمُقَرَّبِيْنَ وَالصَّحَابَةِالطَّاهِرِيْنَ وَالشُّهَدَاءِالصَّالِحِيْنَ وَ ْالعُلَمَاءِ ْالعَامِلِيْنَ وَ ْالاَوْلِيَاءِ الله ِالْمُحَقِّقِيْنَ وَحَسُنَ اُوْلَـئِكَ شَفِيْعًا


Ya Allah Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim, Salam dan Barokah atas baginda kami Qiblatuna Muhammad Saw. Sebagaimana Engkau telah memerintahkan kami untuk membaca Sholawat atas Beliau Saw. Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim, Salam dan Barokah atas baginda kami Qiblatuna Muhammad Saw. Sebagaimana Engkau telah memerintahkan kami untuk bersholawat atas Beliau Saw. Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim, Salam dan Barokah atas baginda kami Qiblatuna Muhammad Saw. Sebagaimana Beliau Saw. Senang bila dibacakan sholawat atas diri Beliau Saw. Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim, Salam dan Barokah atas Nabi yang memiliki Syafa`ah yang sangat Agung yakni ( yang bernama ) Muhammad putra Abdullah Saw. Yang memberi Syafa`ah dan diterima Syafa`ah-Nya dihari qiamah yang gelap gulita. dan Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim, Salam dan Barokah atas orang yang menjadi pilihan Engkau di antara makhluk Engkau dari golongan para Nabi dan para Rosul, para Malaikat yang selamanya dekat dengan Allah, Para Sahabat Beliau Saw. yang bersih dari kotoran hawa nafsu, para Syuhada yang sholih, para U`lama yang mengamalkan ilmunya serta para Wali Allah yang haq, karena merekalah rombongan yang memiliki Syafa`ah.

اَللَّهُمَّ احْشُرْنَا فِي زُمْرَتِهِ وَسْتَعْمِلْنَا بِسُنَّتِهِ وَتَوَفَّنَا عَلَى مِلَّتِهِ وَعَرِفّـْـنَا وَجْهَهُ وَاجْعَلْنَا فِي زُمْرَتِهِ وَحِزْبِهِ اَللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ كَمَا آمَنَّابِهِ وَلَانَرَهُ وَلَاتُفَرِّقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ حَتَّى تُدْخِلَنَا مَدْخَلَهُ وَتُوْرِدَنَا حَوْضَهُ وَتَجْعَلَنَا مِنْ رُفَقَائِهِ مَعَ اْلمُنْعَمِ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَْالمَلاَئِكَةِ ْالمُقَرَّبِيْنَ وَالصَّحَابَةِالطَّاهِرِيْنَ وَالشُّهَدَاءِالصَّالِحِيْنَ وَ ْالعُلَمَاءِ ْالعَامِلِيْنَ وَ ْالاَوْلِيَاءِ الله ِالْمُحَقِّقِيْنَ وَحَسُنَ اُوْلَـئِكَ رَفِيْقًا وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ ْالعَالَـمِيْنَ

Ya Allah kumpulkanlah kami dalam jama`ah Beliau Saw. Dan pengamal sunah-sunah-Nya, matikanlah kami di atas agama-Nya , mengetahui wajah-Nya Saw. Dan jadikanlah kami dalam jama`ah-Nya dan sahabat-Nya.

YaAllah kumpulkanlah antara kami dan Beliau Saw. sebagai kami telah beriman meskipun kami belum pernah melihat Beliau Saw. Secara lahiriyah. Dan janganlah Engkau memisahkan antara kami dan Beliau Saw. hingga Engkau memasukkan kami dalam tempat masuk Beliau Saw. Dan sampaikanlah kami ke telaga Beliau Saw.dan menjadikan kami dari rombongan Beliau Saw. bersama-sama orang yang telah memperoleh ni`mat dari golongan para Nabi dan para Rosul, para Malaikat yang selamanya dekat dengan Allah, Para Sahabat Beliau Saw. yang bersih dari kotoran hawa nafsu, para Syuhada yang sholih, para U`lama yang mengamalkan ilmunya serta para Wali Allah yang haq, karena merekalah rombongan yang masuk surga.

Segala puji bagi Allah Rabb sekalian Alam.

تركيب للفقير إلى رحمة الربّ الغفّار : محمّد أبى سفيان بن حسن الدين السندى الجاوى الشافعى

Sholawat karangan orang yang hina dina yakni Al-Faqir Muhammad Aby sufyan yang mengharap Rahmat Allah Swt.

SHOLAWAT TUJUH LAPIS LANGIT JEUNG BUMI

بسم الله الرحمان الرحيم

أَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِاْلبَرِيَّـةِ وَنَافِذِ السَّبْعِ ْالأَرَضِيَّـةِ مِنَ ْالعَالَمِْ البَشَرِيَةِ إِلَى ْالمَلاَئِكَتِـيَّـةِ وَمُخْـتَرِقِ السَّبْعِ الطِّبَاقِـيَّةِ مِنَ السَّمَاءِ الرَّقِيْعَةِ إِلَى اللَّـأْبِـيَّةِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ذَوِى النُّفُوْسِ الزَّكِـيّةِ

YaAllah Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim dan Barokah atas baginda kamiQiblatuna Muhammad Saw. Yang lebih utama dari semua makhluk yangmenembus tujuh lapis bumi yakni dari mulai lapisan ke:

1. Alam Manusia { عَالَمُ ْالبَشَرِيَّـةِ }

2. Alam Jin { عَالَمُ ْالجَانِّـيَّةِ }

3. Alam Kala { عَالَمُ ْالعَقَارِبِـيَّةِ }

4. Alam Ular-ular { عَالَمُ ْالحَـيَّاتِـيَّةِ }

5. Alam Setan-setan { عَالَمُ الشَّـيَاطِيْنَ}

6. Alam Iblis dan pembantu-pembantunya { عَالَمُ ْالإِبْلِيْسِ وَجُنُوْدِهِمْ } sampai lapisan ke

7. Alam Malaikat { عَالَمُ ْالمَلاَئِكَتِـيَّـةِ }

Dan yang menembus tujuh lapis langit yang tertutup dari mulai langit yang pertama yang bernama langit :

1. Roqii`ah { رَقِيْعَة }

2. Faiiduum atau Maa`uun { فَيْدُوْم أَوْ مَاعُوْن}

3. Malakuut atau Haaroyuun { مَلَكُوْت أَوْ هَارَيُوْن }

4. Zaahiroh { الزَّاهِـرَة }

5. Muzayyanah atau Musahharoh { المُـزَيّـنَة أَوْ المُـسَـهَّرَة }

6. Kholishoh { الخَالِصَة } sampai ke langit ke 7 yang bernama

7. La,biyyah atau Daami`ah { اللَّـأْبِـيَّة أَوِ الدَّامِعَة }

Danlimpahkan Rahmat Ta`zhim dan Barokah atas Keluarga-Nya Saw. BesertaPara Sahabat-Nya Saw. Yang memiliki hati yang bersih dari kotoransyahwat hawa nafsu.

تركيب للفقير إلى رحمة الربّ الغفّار : محمّد أبى سفيان بن حسن الدين السندى الجاوى الشافعى

Sholawat karangan orang yang hina dina yakni Al-Faqir Muhammad Aby sufyan yang mengharap Rahmat Allah Swt.

SHOLAWAT KHOTIM ( PENUTUP )

اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ النَّبِيِّيْنَ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ

كُنْ صَلاَتِـيْ يَارَبِّي بِاَجْرِاََلْفِ اَلْفِ اَلْفِ صَلَوَاتٍ عَلَى النَّبِيِّكَ وَبِاَجْرِاَلْفِ اَلْفِ اَلْفِ حَسَنَةٍ وَ بِاَلْفِ اَلْفِ اَلْفِ لاَحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّابِاللهِ


Ya Allah Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim, Salam dan Barokah atas baginda kami Qiblatuna Muhammad Saw. Penutup para Nabi dan para Rosul dan Limpahkanlah Rahmat Ta`zhim, Salam dan Barokah atas keluarga-Nya, para shahabat-Nya yakni seluruhnya.

dan jadikanlah shalawat kami ini Ya Allah dengan pahala seribu ribu ribu shalawat atas Nabi-Mu Saw. seribu ribu ribu pahala kebaikan dan seribu ribu ribu tiada daya upaya dan tiada kekuatan untuk mengabdi kepada Engkau kecuali dengan pertolongan Engkau.


تركيب للفقير إلى رحمة الربّ الغفّار : محمّد أبى سفيان بن حسن الدين السندى الجاوى الشافعى

Sholawat karangan orang yang hina dina yakni Al-Faqir Muhammad Aby sufyan yang mengharap Rahmat Allah Swt.

Sholawat Mahabbah


الصّلاَةُ ْالمَحَبَّةِ

اَللَّهُمَّ صَلِّّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلاَةً تَعْدِلُ جَمِيْعِ صَلَوَاتِ اَهْلِ مَـحَـبَّـتِكَ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ سَلاَمًا يَعْدِلُ سَلاَمَهُمْ

Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim atas baginda kami Nabi Muhammad Saw. Dan atas keluarganya dan para sahabatnya, dengan shalawat keadilan_Mu. yakni dengan semua shalawat-shalawat yang ahli dalam mencintai_Mu. Mudah-mudahan salam sejahtera atas baginda kami Nabi Muhammad Saw. Dan atas keluarganya dan para sahabatnya, dengan salam keadilan terhadap salam sejahtera mereka.

( karya sayyid Ahmad Attijani )

Sholawat Adad


الصّلاَةُ ْالعَدَدِ


اَللَّهُمَّ صَلِّّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ عَدَدَ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ مِنْ خَلْقِكَ وَ صَلِّّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا يَنْبَغِيْ لَنَا اَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْهِ وَ صَلِّّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ كَمَا اَمَرْتَنَا اَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْهِ

Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim atas baginda kami Nabi Muhammad Saw. yang menjadi Nabi sebanyak bilangan orang yang bershalawat atas beliau Saw. Dari makhluk_Mu. dan limpahkanlah Rahmat Ta`dzim atas baginda kami Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana sesuatu yang patut atas kami untuk bershalawat atas beliau Saw. dan limpahkanlah Rahmat Ta`dzim atas baginda kami Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana sesuatu yang telah memerintahkan atas kami untuk bershalawat atas beliau Saw.

( karya sayyid Ahmad Attijani ra. )

Sholawat Fatih


الصّلاَةُ ْالفاتحِ


اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَاْلخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالنَّاصِرِ اْلحَقِّ بِالْحَقِّ وَاْلهَادِي إِلَى صِرَاتِكَ اْلمُسْتَقِيْمِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ ْالعَظِيْمِ


Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim, Salam sejahtera, dan Keberkahan atas baginda kami Nabi Muhammad Saw. Pembuka sesuatu yang terkunci dan Penutupsesuatu yang terdahulu, dan Penolong Kebenaran dengan kebenaran, dan Penunjuk ke jalan_Mu yang lurus, Mudah-mudahan Alloh memberi rahmat kepadanya Saw. Dan salam sejahtera Alloh, dan kepada keluarganya danpara sahabatnya, dengan haq kedudukannya serta kadarnya yang terbesar.

MUJAHADAH

ياحبيبى اطبق جفنيك وانظرماذا ترى فان قلت لاأرى شيئا فهو خطا منك بل تبصر ولكن ظلام الوجود لفرط قربه من بصيرتك لاتجده فان احببت أن تجده وتبصره قدامك مع انك مطبق جفنيك فانقص من وجودك شيئا أو ابعد من وجودك شيئا وطريق تنقيصه والابعاد منه قليلا المجاهدة ومعنى المجاهدة بذل الجهد فى دفع الاغيار أو قتل الاغيار والاغيار الوجود والنفس والشيطان وبذل الجهد مضبوط بطرق

Sahabatku yang tercinta ,tutuplah kedua mata anda dan lihatlah apa yang tampak olehmu , jika anda katakan : aku tidak melihat sesuatu apapun , anda keliru , bahkan sebenarnya anda melihat .

Namun kegelapan wujud ini muncul disebabkan kedekatannya dengan kedua mata, sehingga anda tidak menemukan apa-apa. Jika anda ingin menemukan dan melihatnya pada arah depan, sementara anda menutup kedua mata anda, maka anda akan mengurangi wujud anda pada sesuatu atau anda menjauhkan sesuatu dari wujud anda.

Jalan mengurangi dan menjauhkan dari sesuatu itu sedikit demi sedikit, merupakan upayamujahadah”. Makna mujahadah itu sendiri adalah mencurahkan keseriusan dalam melawan atau membunuh segala bujukan. Bujukan yang bersumber dari wujud, nafsu, dan setan.

Pencurahan perjuangan itu juga melalui berbagai cara :

الاوّل : تقليل الغذاء بالتدريج فان مدد الوجود والنفس والشيطان من الغذاء ، فإذاقل الغذاء قل ساطانه

Pertama, sedikit demi sedikit mengurangi makan. Sebab makan merupakan tangan panjang dari wujud, nafsu dan setan. Apabila makan berkurang, berkurang pula penguasaannya.

والثاني : ترك الاختيار وافنائه فى اختيار شيخ مامون ليختار له ما يصلحه فإنه مثل الطفل والصبي الذى لم يبلغ مبلغ الرجال أو السفيه المبذر وكل هؤلاء لابدلهم من وصي أو ولي أو قاض أو سلطان يتولى أمرهم


Kedua, meninggalkan dan menghancurkan ikhtiar dengan menyerahkan kepada ikhtiar syekh ( guru rohani/Mursyid/Muqoddam ) yang terjaga, asy-syekh memilihkan yang terbaik bagi anda.

Posisi anda disini seperti seorang bayi atau bocah yang belum baligh, atau seperti seorang yang bodoh, yang secara keseluruhan memerlukan orang tua, wali, hakim, atau pemimpin yang membimbing mereka.

والثالث : من الطرق طريقة الجنيد قدّس الله روحه وهو ثمان شرائط :

Ketiga, mengikuti cara thariqoh ( jalan ) imam junaid ra. – semoga Allah mensucikan ruhnya – yang terdiri dari delapan syarat :

دوام الوضوء ودوام الصوم ودوام السكوت ودوام الخلوة ودوامالذكر وهو قول لاإله إلا الله ودوام ربط القلب بالشيخ واستفادة علمالواقعات منه بفناء تصرفه فى تصرف الشيخ ودوام نفي الخواطرودوام نركالاعتراض على الله تعالى فى كلما يرد منه عليه ضرا كان أو نفعا وتركالسؤال عنه من جنة أو تعود من نار

1. melanggengkan wudhu.

2. melanggengkan puasa.

3. melanggengkan diam.

4. melanggengkan khalwat.

5. melanggengkan dzikir, yakni ucapan “laa illaha illallah”.

6. melanggengkan hubungan batin dengan syekh, di samping mengambil

faedah ilmu yang terjadi dari syekh dengan kefanaan salik didalam upaya

syekh.

7. meninggalkan segala bisikan kekhawatiran.

8. meninggalkan sikap menentang Allah SWT. Baik dalam keadaan

membahayakan ataupun dalam keadaan yang memberikan manfaat, di

samping meninggalkan permintaan surga kepada-Nya dan perlindungan

dari neraka.

والفرق بين الوجود والنفس والشيطان فى مقام المشاهدة أن الوجود شديد الظلمة فى الاول فإذا صفا قليلا تشكل قدامك بشكل الغيم الأسود فإذا كان عرش الشيطان كان احمر فاذا صلح وفني الحظوظ منه وبقي الحقوق صفا وابيض مثل المزن والنفس اذا بدت فلونها لون السماء وهي الزرقة ولها نبعان كنبعان الماء من أصل الينبوع فإذا كانت عرش الشيطان فكانها عين من ظلمة ونار ويكون نباعها اقلفان الشيطان لاخير فيه وفيضان النفس على الوجود وتربيته منها فان صفت وزكت افاضت عليه الخير ونبت منه فان افاضت عليه الشر فكذلك ينبت منه الشر والشيطان نار غير صافية ممتزجة بظلمات الكفر في هيئة عظيمة وقد يتشكل قدامك كانه زنجي طويل ذو هيبة يسعى كانه يطلب الدخول فيك فإذا طلبت منه الانفكاك فقل فى قلبك


Perbedaan antara wujud, nafsu, dan setan adalah maqam musyahadah, antara lain : bahwa wujud itu pada mulanya sangat gelap. Apabila menjadi jernih sedikit demi sedikit sehingga terbentuk awan hitam di hadapan anda, maka ketika itu singgasana setan berwarna merah. Apabila bagian –bagian dari setan musnah dan yang masih ada adalah hak-hak,

maka warna itu menjadi bening dan putih seperti kabut. Sedangkan nafsu itu jika tampak, maka warnanya adalah warna langit, yaitu warna biru, yang memiliki beberapa sumber seperti sumber air yang keluar dari sumber mata air.

Singgasana setan yang muncul seperti perwujudan dari kegelapan dan api. Perwujudan ini sumbernya lebih sedikit, karena setan tidak layak berada di dalamnya.

Sedangkan luapan nafsu dan pengolahan wujud itu juga dari nafsu. Maka apabila nafsu telah bersih dan jernih, ia akan mengaliri kebajikan pada wujud dan hal-hal yang tumbuh dari kebajikan itu. Sebaliknya jika dilimpahi kejahatan akan tumbuh pula kejahatan dari padanya.

Setan merupakan api yang tidak pernah bersih, karena bercampur dengan kegelapan-kegelapan kufur dalam bentuknya yang begitu besar.

Gambaran tersebut membentuk di hadapan anda seperti sosok hitam yang panjang dan menakutkan, berjalan seakan-akan memasuki diri anda. Jika diri anda ingin melepaskannya, maka ucapkanlah do`a di dalam hati anda :

يَاغِيَاثَ اْلمُسْتَغِيْثِيْنَ أَغِثْنَا

“Wahai Dzat yang Maha Penolong bagi orang-orang yang memohon pertolongan, tolonglah kami.”

فإنّه يفر عنك

Seketika bayangan tersebut akan lari dari hadapan anda.

Sholawat Ghoibiyyah


الصّلاَةُ الغَيْبِيَّةِ فِى ْالحَقِيْقَةِ ْالاَحْمَدِيَّةِ


اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ ذَاتِكَ اْلعَلِيَّةِ بِاَنْوَاعِ كَمَالَاتِكَ ْالبَهِيَّةِ فِى حَضْرَةِ ذَاتِكَ ْالاَبَدِيَّةِ عَلَى عَبْدِكَ اْلقَائِمِ بِكَ مِنْكَ لَكَ اِلَيْكَ بِاتَّـمِّ الصَّلَوَاتِ الزَّكِـيَّةِ اْلمُصَلِّىَ فِى مِحْرَابِ عَيْنِ هَاءِ ْالهَوِيَّةِ التَّالِى السَّبْعِ اْلمَثَانِى بِصِفَاتِكَ النَّفْسِـيَّةِ الْمُخَاطِبِ بِقَوْلِكَ لَهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبِْ الدَّاعِى بِكَ لَكَ بِإِذْنِكّ لِكَافَّةِ شَؤْنِكَ ْالعِلْمِيَّةِ فَمَنْ اَجَابَ اصْطَفَى وَقَرَبَ ْالمُفِيْضُ عَلَى كَافَّةِ مَنْ اَوْجَدْتَهُ بِقَيُّوْمِيَّةِ سِرِّكَ اْلمَدَدِ السَّارِى فِى كُلِيَّةٍ اَجْزَاءٍ مَوَهِبَةٍ فَضْلِكَ اْلمُـتَجَلَّى عَلَيْهِ فِى مِخْرَابِ قُدْسِكَ وَاُنْسِكَ بِكَمَالَاتِ الوَهِـيَّـتِكَ فِى عَوَالِمِكَ وَبَرِّكَ وَبَحْرِكَ فَصَلِّ اَللَّهُمَّ عَلَيْه صَلاَةً كَامِلَةً تَامَّةً بِكَ وَمِنْكَ وَاِلَيْكَ وَعَلَيْكَ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ سَلاَمًا تَامًّاعَامًّا شَامِلاً لِاَنْوَاعِ كَمَالَاتِ قُدْسِكَ دَائِمِيْنَ مُتَّصِلِيْنَ عَلَى خَلِيْلِكَ وَحَبِيْبِكَ مِنْ خَلْقِكَ عَدَدَمَا فِى عِلْمِكَ ْالقَدِيْمِ وَعَمِيْمِ فَضْلِكَ ْالعَظِيْمِ وَنُبْ عَنَّا بِمَحْضِ فَضْلِكَ ْالكَرِيْمِ فِى الصَّلاَةِ عَلَيْهِ صَلاَتُكَ الَّتِى صَلَيْتَ عَلَيْهِ فِى مِحْرَابِ قُدْسِكَ وَهَوِيَّةِ اُنْسِكَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَاَبَةِ رَسُوْلِكَ وَنَبِيِّكَ وَسَلِّمْ عَلَيْهِمُ تَسْلِيْمًا عَدَدَ اِحَاطَةِ عِلْمِكَ

Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim dan Salam sejahtera atas sumber zat-Mu yang Maha Tinggi dengan jenis-jenis kesempurnaan-Mu yang indah, di hadapan zat-Mu yang abadi, atas hamba-Mu yang tegak dengan-Mu, dari-Mu, karena-Mu, kepada-Mu, dengan kesempurnaan sholawat-shalawat yang tak berdosa, yang membaca shalawat dalam mihrob sumber kecantikan telaga yang .......

( Disalin dari kitab Jawaahirul Ma`aanii wa Buluughul Amaani halaman216 juz ke2, Karangan Sayyidi Ali Haroozim bin A`roby ra. )

Sholawat Jauharotul Kamal


الصّلاَةُ جَوْهَرَةُ اْلكَمَالِ

اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ الرَّحْمَةِ الرَّبَانِيَّةِ وَاْليَاقُوْتَةِ ْالمُتَحَقِّقَةِ ْالحَائِطَةِ بِمَرْكَزِ ْالفُهُوْمِ وَاْلمَعَانِيْ وَنُوْرِ ْالاَكْوَانِ اْلمُتَكَوِّنَةِ ْاللآدَمِيَّ صَاحِبِ ْالحَقِ الرَّبَّانِيِّ اْلبَرْقِ ْالاَسْطَعَ بِمُزْنِ اْلاَرْيَاحِ ْالمَالِئَةِ لِكُلِّ مُتَـعَرِّضٍ مِنَ ْالبُحُوْرِ وَاْلاَوَانِيْ وَنُوْرِكَ اللاَّمِعُ الَّذِيْ مَلَأْتَ بِهِ كَوْنَكَ ْالحَائِطِ بِاَمْكِنَةِ ْالمَكَانِ اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ ْالحَقِّ الَّتِىْ تَتَجَلَّى مِنْهَا عُرُوْشُ اْلحَقَائِقِ عَيْنِ ْالمَعَارِفِ ْالاَقْدَمِ صِرَاطِكَ التَّامِ ْالاَقْوَمِ اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ عَلَى طَلْعَةِ ْالحَقِّ بِاْلحَقِّ ْالكَنْـزِاْلاَعْظَمِ اِفَاضَتِكَ مِنْكَ اِلَيْكَ اِحَاطَةِ النُّوْرِ ْالمُطَلْسَمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ صَلاَةً تُعَرِّفُنَا بِهَا اِيَّاهُ


Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim dan Salam sejahtera atas sumber rahmat ketuhanan, dan yaqut yang nyata yang meliputi dengan pusat kefahaman dan ma`na-ma`na dan cahaya keadaan-keadaan yang mengadakan bangsa adam, pemilik kebenaran ketuhanan, kilat yang memancar dengan menghiasi angin-angin, yang penuh dengan setiap rintangan dari laut dan masa, dan cahaya_Mu berkilau yang memenuhi dengannya terhadap keadaan_Mu yang meliputi dengan tempat-tempat kedudukan. Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim dan Salam sejahtera atas sumber kebenaran yang tampak darinya, tahta hakikat-hakikat, sumber kaki- kaki ma`rifat, jalan_Mu yang sempurna ( bagi ) kaum-kaum. Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim dan Salam sejahtera atas pandangan kebenaran dengan kebenaran, gudang yang teragung, limpahan_Mu, dari_Mu, kepada_Mu, meliputi cahaya azimah ( Nabi Muhammad ) Saw. Dan atas keluarganya dengan membaca shalawat, ( semoga ) Engkau memperkenalkan kepada kami dengan-nya, ( dan ) hanya kepada-nya Saw.

( Disalin dari kitab Sa`adatud Daroin Fis sholati A`la Sayyidil Kaunain Saw. Karangan Syeh Yusuf bin Ismail An-Nabhani ra. )

الصّلاَةُ جَوْهَرَةُ اْلكَمَالِ

اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ الرَّحْمَةِ الرَّبَانِيَّةِ وَاْليَاقُوْتَةِ ْالمُتَحَقِّقَةِ ْالحَائِطَةِ بِمَرْكَزِ ْالفُهُوْمِ وَاْلمَعَانِيْ وَنُوْرِ ْالاَكْوَانِ اْلمُتَكَوِّنَةِ ْاللآدَمِيَّ صَاحِبِ ْالحَقِّ الرَّبَّانِيِّ اْلبَرْقِ ْالاَسْطَعَ بِمُزُوْنِ اْلاَرْيَاحِ ْالمَالِئَةِ لِكُلِّ مُتَـعَرِّضٍ مِنَ ْالبُحُوْرِ وَاْلاَوَانِيْ وَنُوْرِكَ اللاَّمِعُ الَّذِيْ مَلَأْتَ بِهِ كَوْنَكَ ْالحَائِطِ بِاَمْكِنَةِ ْالمَكَانِيِّ اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ ْالحَقِّ الَّتِىْ تَتَجَلَّى مِنْهَا عُرُوْشُ اْلحَقَائِقِ عَيْنِ ْالمَعَارِفِ ْالاَقْوَمِ صِرَاطِكَ التَّامِ ْالاَسْقَمْ اَللَّهُمَّ صَلِّّ وَسَلِّمْ عَلَى طَلْعَةِ ْالحَقِّ بِاْلحَقِّ ْالكَنْـزِاْلاَعْظَمِ اِفَاضَتِكَ مِنْكَ اِلَيْكَ اِحَاطَةِ النُّوْرِ ْالمُطَلْسَمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ صَلاَةً تُعَرِّفُنَا بِهَا اِيَّاهُ


Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim dan Salam sejahtera atas sumber rahmat ketuhanan, dan yaqut yang nyata yang meliputi dengan pusat kefahaman dan ma`na-ma`na dan cahaya keadaan-keadaan yang mengadakan bangsa adam, pemilik kebenaran ketuhanan, kilat yang memancar dengan menghiasi angin-angin, yang penuh dengan setiap rintangan dari laut dan masa, dan cahaya_Mu berkilau yang memenuhi dengannya terhadap keadaan_Mu yang meliputi dengan tempat-tempat kedudukan. Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim dan Salam sejahtera atas sumber kebenaran yang tampak darinya, tahta hakikat-hakikat, sumber kaum- kaum ma`rifat, jalan_Mu yang sempurna ( bagi ) yang menyakitkan. Ya Alloh, Limpahkanlah Rahmat Ta`dzim dan Salam sejahtera atas pandangan kebenaran dengan kebenaran, gudang yang teragung, limpahan_Mu, dari_Mu, kepada_Mu, meliputi cahaya azimah ( Nabi Muhammad ) Saw. Dan atas keluarganya dengan membaca shalawat, ( semoga ) Engkau memperkenalkan kepada kami dengan-nya, ( dan ) hanya kepada-nya Saw.

( Disalin dari kitab Jawaahirul Ma`aanii wa Buluughul Amaani halaman216 juz ke2, Karangan Sayyidi Ali Haroozim bin A`roby ra. )

Tingkatan Wali menurut Kitab Salaf


فَائِدَةٌ فِى تَعْرِيْفِ اْلقُطْبِ
أَخْبَرَ الشَّيْخُ الصَّالِحُ اْلوَرَعُ الزَّاهِدُ الْمُحَقِّقُ الْمُدَقِّقُ شَمْسُ الدِّيْنِ بْنُ كَتِيْلَةُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى وَنَفَعَ بِهِ آمِيْنَ قَالَ : كُنْتُ يَوْمًا جَالِسًا بَيْنَ يَدِي سَيِّدِي فَخَطَرَ بَبًّالِيْ أَنْ أَسْأَلَهُ عَنِ اْلقُطْبِ فَقُلْتُ لَهُ : يَاسَيِّدِي مَا مَعْنَى اْلقُطْبُ ؟
( Faedah ) mengenai definisi Wali Qutub
telah memberitahukan seorang guru yang sholih, wara` , Zuhud, seorang penyelidik, seorang yang teliti yakni
Syekh Syamsuddin bin Katilah Rahimahullaahu Ta’ala menceritakan: “ suatu hari Saya sedang duduk di hadapan guruku, lalu terlintas untuk menanyakan tentang Wali Quthub. “Apa makna Quthub itu wahai tuanku?”
فَقَالَ لِيْ : اْلأَقْطَابُ كَثِيْرَةٌ ، فَإِنَّ كُلَّ مُقَدَّمِ قَوْمٍ هُوَ قُطْبُهُمْ وَأَمَّا قُطْبُ اْلغَوْثِ اْلفَرْدِ الْجَامِعِ فَهُوَ وَاحِدٌ
Lalu beliau menjawab kepadaku, “Quthub itu banyak. Setiap muqaddam atau pemuka sufi bisa disebut sebagai Quthub-nya. Sedangkan al-Quthubul Ghauts al-Fard al-Jami’ itu hanya satu.
وَتَفْسِيْرُ ذَلِكَ أَنَّ النُّقَبَاءَ هُمُ ثَلَثُمِائَةٌ وَهُمُ الَّذِيْنَ اِسْتَخْرَجُوْا خَبَايًّا النُّفُوْس وَلَهُمُ عَشْرَةُ أَعْمَالٍ : أَرْبَعَةٌ ظَاهِرَةٌ وَسِتَّةٌ بَاطِنَةٌ
Dan penjelasan tersebut : sesungguhnya bahwa Wali Nuqaba’ itu jumlahnya 300. Mereka itu yang menggali rahasia jiwa dalam arti mereka itu telah lepas dari reka daya nafsu, dan mereka memiliki 10 amaliyah: 4 amaliyah bersifat lahiriyah, dan 6 amaliyah bersifat bathiniyah.
فَاْلأَرْبَعَةُ الظَّاهِرَةُ : كَثْرَةُ اْلعِبَادَةِ وَالتَّحْقِقُ بِالزُّهَّادَةَ وَالتَّجْرِدُ عَنِ اْلإِرَادَةَ وَقُوَّةُ الْمُجَاهَدَةَ
Maka 4 `amaliyah lahiriyah itu antara lain: 1) Ibadah yang banyak, 2) Melakukan zuhud hakiki, 3) Menekan hasrat diri, 4) Mujahadah dengan maksimal.
وَأَمَّا ْالبَاطِنَةُ فَهِيَ التَّوْبَةُ وَاْلإِنَابَةُ وَالْمُحَاسَبَةُ وَالتَّفَكُّرُ وَاْلإِعْتِصَامُ وَالرِّيَاضَةُ فَهَذِهِ الثَّلَثُمِائَةٌ لَهُمْ إِمَامٌ مِنْهُمْ يَأْخُذُوْنَ عَنْهُ وَيَقْتَدُوْنَ بِهِ فَهُوَ قُبْطُهُمْ
Sedangkan `amaliyah batinnya: 1) Taubat, 2) Inabah, 3) Muhasabah, 4) Tafakkur, 5) Merakit dalam Allah, 6) Riyadlah. Di antara 300 Wali ini ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.

ثُمَّ النُّجَبَاءُ أَرْبَعُوْنَ وَقِيْلَ سَبْعُوْنَ وَهُمْ مَشْغُوْلُوْنَ بِحَمْلِ أَثْقَلِ الْخَلْقِ فَلَا يَنْظُرُوْنَ إِلَّا فِى حَقِّ اْلغَيْرِ ، وَلَهُمْ ثَمَانِيَةُ أَعْمَالٍ. أَرْبَعَةٌ بَاطِنَةٌ ،وَ أَرْبَعَةٌ ظَاهِرَةٌ ،

Sedangkan Wali Nujaba’ jumlahnya 40 Wali. Ada yang mengatakan 70 Wali. Tugas mereka adalah memikul beban-beban kesulitan manusia. Karena itu yang diperjuangkan adalah hak orang lain (bukan dirinya sendiri). Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 bersifat batiniyah, dan 4 lagi bersifat lahiriyah:
فالظاهرة : الفتوة والتواضع والأدب وكثرة العبادة ،
Yang bersifat lahiriyah adalah 1) Futuwwah (peduli sepenuhnya pada hak orang lain), 2) Tawadlu’, 3) Menjaga Adab (dengan Allah dan sesama) dan 4) Ibadah secara maksimal.
وأما الباطنة فالصبر والرضا والشكر والحياء وهم أهل مكارم الأخلاق
Sedangkan secara Batiniyah, 1) Sabar, 2) Ridla, 3) Syukur), 4) Malu. Dan meraka di sebut juga wali yang mulia akhlaqnya.


وأما الأبدال فهم سبعة رجال ، أهل كمال واستقامة واعتدال ، قد تخلصوا من الوهم والخيال ولهم أربعة أعمال باطنة وأربعة ظاهرة ،
Adapun Wali Abdal berjumlah 7 orang. Mereka disebut sebagai kalangan paripurna, istiqamah dan memelihara keseimbangan kehambaan. Mereka telah lepas dari imajinasi dan khayalan, dan Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 bersifat batiniyah, dan 4 lagi bersifat lahiriyah:
فأما الظاهرة فالصمت والسهر والجوع والعزلة
Adapun yang bersifat lahiriyah: 1) Diam, 2) Terjaga dari tidur, 3) Lapar dan 4) ‘Uzlah.
ولكل من هذه الأربعة ظاهر وباطن
Dari masing-masing empat amaliyah lahiriyah ini juga terbagi menjadi empat pula:
Lahiriyah dan sekaligus Batiniyah:
أما الصمت فظاهره ترك الكلام بغير ذكر الله تعالى
Pertama, diam, secara lahiriyah diam dari bicara, kecuali hanya berdzikir kepada Allah Ta’ala.

وأما باطنه فصمت الضمير عن جميع التفاصيل والأخبار
Sedangkan Batinnya, adalah diam batinnya dari seluruh rincian keragaman dan berita-berita batin.
وأما السهر فظاهره عدم النوم وباطنه عدم الغفلة
Kedua, terjaga dari tidur secara lahiriyah, batinnya terjaga dari kealpaan dari dzikrullah.
وأما الجوع فعلى قسمين : جوع الأبرار لكمال السلوك وجوع المقربين لموائد الأنس
Ketiga, lapar, terbagi dua. Laparnya kalangan Abrar, karena kesempurnaan penempuhan menuju Allah, dan laparnya kalangan Muqarrabun karena penuh dengan hidangan anugerah sukacita Ilahiyah (uns).
وأما العزلة فظارها ترك المخالطة بالناس وباطنها ترك الأنس بهم :
Keempat, ‘uzlah, secara lahiriyah tidak berada di tengah keramaian, secara batiniyah meninggalkan rasa suka cita bersama banyak orang, karena suka cita hanya bersama Allah.
وللأبدال أربعة أعمال باطنة وهي التجريد والتفريد والجمع والتوحيد
Amaliyah Batiniyah kalangan Abdal, juga ada empat prinsipal: 1) Tajrid (hanya semata bersama Allah), 2) Tafrid (yang ada hanya Allah), 3) Al-Jam’u (berada dalam Kesatuan Allah, 3) Tauhid.
ومن خواص الأبدال من سافر من القوم من موضعه وترك جسدا على صورته فذاك هو البدل لاغير، والبدل على قلب إبراهيم عليه السلام ،
Salah satu keistimewaan-keistimewaan wali abdal dalam perjalanan qoum dari tempatnya dan meninggalkan jasad dalam bentuk-Nya maka dari itu ia sebagai abdal tanpa kecuali
وهؤلاء الأبدال لهم إمام مقدم عليهم يأخذون عنه ويقتدون به ، وهو قطبهم لأنه مقدمهم ،
Wali abdal ini ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
karena sesungguhnya ia sebagai muqoddam abdal-Nya.
وقيل الأبدال أربعون وسبعة هم الأخيار وكل منهم لهم إمام منهم هو قطبهم ،
Dikatakan bahwa wali abdal itu jumlahnya 47 orang mereka disebut juga wali akhyar dan setiap dari mereka ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.

ثمّ الأوتاد وهم عبارة عن أربعة رجال منازلهم منازل الأربعة أركان من العالم شرقا وغربا وجنوبا وشمالا ومقام كل واحد منهم تلك ولهم ثمانية أعمال أربعة ظاهرة وأربعة باطنة ،
Kemudian Wali Autad mereka berjumlah 4 orang tempat mereka mempunyai 4 penjuru tiang -tiang, mulai dari penjuru alam timur, barat, selatan dan utara dan maqom setiap satu dari mereka itu, Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 lagi bersifat lahiriyah, dan 4 bersifat batiniyah:
فالظاهرة :كثرة الصيام ، وقيال الليل والناس نيام ، وكثرة الإيثار ، والإستغفار بالأسحار
Maka yang bersifat lahiriyah: 1) Banyak Puasa, 2) Banyak Shalat Malam, 3) Banyak Pengutamaan ( lebih mengutamakan yang wajib kemudian yang sunnah ) dan 4) memohon ampun sebelum fajar.
وأما الباطنة : فالتوكل والتفويض والثقة والتسليم ولهم واحد منهم هو قطبهم
Adapun yang bersifat Bathiniyah : 1) Tawakkal, 2) Tafwidh , 3) Dapat dipercaya ( amanah) dan 4) taslim.dan kepercayaan, pengiriman, dan dari mereka ada salah satu imam ( pemukanya), dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
وأما الإمامان فهما شخصان أحدهما عن يمين القطب والآخر عن شماله فالذي عن يمينه ينظر فى الملكوت وهو أعلى من صاحبه ، والذى عن شماله ينظر فى الملك ، وصاحب اليمين هو الذي يخلف القطب ، ولهما أربعة أعمال باطنة وأربعة ظاهرة :
Adapun Wali Dua Imam (Imamani), yaitu dua pribadi, salah satu ada di sisi kanan Quthub dan sisi lain ada di sisi kirinya. Yang ada di sisi kanan senantiasa memandang alam Malakut (alam batin) — dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kiri –, sedangkan yang di sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta (malak). Sosok di kanan Quthub adalah Badal dari Quthub. Namun masing-masing memiliki empat amaliyah Batin, dan empat amaliyah Lahir.

فأما الظاهرة ، فالزهد والورع والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر
Yang bersifat Lahiriyah adalah: Zuhud, Wara’, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.
وأما الباطنة فالصدق والإخلاص والحياء والمراقبة
Sedangkan yang bersifat Batiniyah: Sidiq ( Kejujuran hati) , Ikhlas, Mememlihara Malu dan Muraqabah.

وقال القاشاني فى اصطلاحات الصوفية :
Syaikh Al-Qosyani dalam istilah kitab kewaliannya Berkata :
الإمامان هما الشخصان اللذان أحدهما عن يمين القطب ونظره فى الملكوت
Wali Imam adalah dua orang, satu di sebelah kanan Qutub dan dan senantiasa memandang alam malakut ( alam malaikat )
والآخر عن يساره ونظره فى الملك،
, dan yang lainnya ( satu lagi ) di sisi kiri ( wali Qutub ) –, sedangkan yang di sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta (malak).
وهو أعلى من صاحبه وهو الذى يخلف القطب ،
dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kanan, Sosok di kiri Quthub adalah Badal dari Quthub
قلت وبينه وبين ما قبله مغايرة فليتأمل
Syaikh Al-Qosyani berkata, diantara dirinya ( yang sebelah kiri ) dan antara sesuatu yang sebelumnya ( sebelah kanan ) memiliki perbedaan dalam perenungan
والغوث عبارة عن رجل عظيم وسيد كريم تحتاج إليه الناس عند الاضطرار فى تبيين ماخفى من العلوم المهمة والأسرار ، ويطلب منه الدعاء لأنه مستجاب الدعاء لو أقسم على الله لأبرقسمه مثل أويس القرنى فى زمن رسول الله صلعم ، ولايكون القطب قطبا حتى تجتمع فيه هذه الصفات التى اجتمعت فى هؤلاء الجماعة الذين تقدم ذكرهم انتهى من مناقب سيدي شمس الدين الحنفى
Wali Ghauts, yaitu seorang tokoh besar ( agung ) dan tuan mulia, di mana seluruh ummat manusia sangat membutuhkan pertolongannya, terutama untuk menjelaskan rahasia hakikat-hakikat Ilahiyah. Mereka juga memohon doa kepada al-Ghauts, sebab al-Ghauts sangat diijabahi doanya. Jika ia bersumpah langsung terjadi sumpahnya, seperti Uwais al-Qarni di zaman Rasul SAW. Dan seorang Qutub tidak bisa disebut Quthub manakala tidak memiliki sifat dan predikat integral dari para Wali.
Demikian pendapat dari kitab manaqib Sayyidi Syamsuddin Al-Hanafi…

الأمناء : وهم الملامتية ، وهم الذين لم يظهر مما فى بواطنهم أثر علي ظواهرهم وتلامذتهم فى مقامات أهل الفتوة
Wali Umana : Mereka adalah kalangan Malamatiyah, yaitu orang-orang yang tidak menunjukkan dunia batinnya ( mereka yang menyembunyikan dunia batinnya ) dan tidak tampak sama sekali di dunia lahiriyahnya. Biasanya kaum Umana’ memiliki pengikut Ahlul Futuwwah, yaitu mereka yang sangat peduli pada kemanusiaan.

وفى اصطلاحات شيخ الإسلام زكريا الأنصاري : النقباء هم الذين استخرجوا خبايا النفوس وهم ثلثمائة
Dalam istilah Syaikh al-Islam Zakaria Al-Anshar ra.: Wali Nuqoba adalah orang-orang yang telah menemukan rahasia jiwa, dan mereka ( wali Nuqoba ) berjumlah tiga ratus orang
والنجباء : هم المشغولون بحبل أثقال الخلق وهم أربعون اهـ
Dan Nujaba mereka disibukan dengan tali beban-beban makhluk jumlah wali Nujaba Empat puluh orang
قال : الأفراد هم الرجال الخارجون عن نظر القطب
Berkata Syekh Syamsuddin bin Katilah Rahimahullaahu Ta’ala : wali afrod adalah Orang-orang yang keluar dari penglihatan wali qutub artinya Wali yang sangat spesial, di luar pandangan dunia Quthub.
Para Quthub senantiasa bicara dengan Akal Akbar, dengan Ruh Cahaya-cahaya (Ruhul Anwar), dengan Pena yang luhur (Al-Qalamul A’la), dengan Kesucian yang sangat indah (Al-Qudsul Al-Abha), dengan Asma yang Agung (Ismul A’dzam), dengan Kibritul Ahmar (ibarat Berlian Merah), dengan Yaqut yang mememancarkan cahaya ruhani, dengan Asma’-asma, huruf-huruf dan lingkaran-lingkaran Asma huruf. Dia bicara dengan cahaya matahati di atas rahasia terdalam di lubuk rahasianya. Ia seorang yang alim dengan pengetahuan lahiriah dan batiniyah dengan kedalaman makna yang dahsyat, baik dalam tafsir, hadits, fiqih, ushul, bahasa, hikmah dan etika. Sebuah ilustrasi yang digambarkan pada Sulthanul Auliya Syeikhul Quthub Abul Hasan Asy-Syadzily – semoga Allah senantiasa meridhoi .
Disalin dari kitab mafahirul aliyah hal 15-17